Sabtu, 06 Desember 2014

TITRASI ASAM BASA



LAPORAN PRATIKUM KIMIA
Nama                          :  MERNA AYU SULASTRI
NPM                           :  E1D014066
Prodi                           :  AGRIBISNIS
Kelompok                   :  10 (sepuluh)
Hari/jam                     :  Selasa,08.00-09.40 WIB
Tanggal                      :  04 November 2014
Ko-Ass                        :  1. Sondang L.Nadapdap
                            2. rosmaini
Dosen                          :  Dra.Devi silsia M.Si
Objek Pratikum                    :  TITRASI ASAM DAN BASA


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
PRODI AGRIBISNIA 
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014






BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya, sedangkan apabila salah satu larutannya diketahui konsentrasinya, larutan ini disebut larutan standar. Ada  4 macam reaksi yang digunakan dalam titrasi yaitu reaksi asam-basa, reaksi redoks, reaksi pengendapan, dan reaksi pembentikan kompleks.
Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia.
Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indicator.
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
1.2   Tujuan Percobaan
1.      Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang      mengandung asam .
2.      Mahasiswa mampu menstandarirasi larutan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi merupakan penambahan secara cermat volume larutan yang mengandung zat yang konsentrasinya diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai dengan semacam perubahan fisis, misalnya warna campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat yang disebut indikator, yang mengubah warna pada titik akhir.  Indikator adalah zat warna yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang pH yang sempit (Oxtoby,2001).
Salah satu reaksi yang sering digunakan dalam titrasi adalah netralisasi asam-basa. Biasanya, sebagai larutan asam diletakkan pada erlemeyer atau gelas kimia. Indikator adalah suatu zat yang mempunyai warna yang berlainan dalam keadaan asam dan basa. Misalnya, lakmus dalam suasana asam akan berwarna merah, sedangkan dalam keadaan basa warnanya biru. Indikator lain yang biasa juga digunakan adalan phenophtalein, yang dalam suasana asam tidak berwarna dan dalam keadaan basa berwarna merah muda (Brady,1999).
Dalam analisis kuantitatif, indikator digunakan untuk menentukan titik ekuivalen dari titrasi asam-basa. Karena indikator mempunyai interval pH yang berbeda-beda dan karena titik ekuivalen dari titrasi asam-basa berubah-ubah sesuai dengan kekuatan relatif asam basanya, maka pemilihan indikator merupakan hal terpenting.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang melibatkan asam maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun titrant (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi. Titik ekuivalen titrasi ini dapat dicapai setelah penambahan 100 ml basa, pada saat ini pH larutan besarnya 7. Titik ekuivalen ini disebut titik akhir teoritis. Problemnya sekarang adalah kita inngin menetapkan titik akhir ini dengan pertolongan indikator. Titik akhir yang dinyatakan oleh indikator disebut titik akhir titrasi. Indikator yang dipakai harus dipilih agar titik akhir titrasi dan teoritis berhimpit atau sangat berdekatan. Untuk itu harus dipilih indikator yang memiliki trayek perubahan warnanya di sekitar titik akhir teoritis. (Sukardjo, 1984)

Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi dengan basa. Basa adalah senyawa yang mengandung  ion OH- atau menghasilkan OH- ketika bereaksi dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garam dan air.)Teori Bronsted memperluas definisi asam dan basa dengan menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan kimia. Misalnya, teori Bronsted menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan amonium klorida bersifat asam dan larutan natrium asetat bersifat basa. Dalam teori Bronsted, asam didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan proton  kepada zat yang lain . Dalam hali ini , proton adalah atom hidrogen yang kehilangan elektronnya. Basa adalah zat yang menerima proton dari zat lain. Reaksi asam dan basa menghasilkan menghasilkan asam dan basa yang lain. (Golberg, 2002)
Titrasi adalah cara yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan suatu larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Analitis semacam ini yang menggunakan pengukuran volume larutan pereaksi disebut analitis volumetri (Petrucci,1987).
Titrasi merupakan penambahan secara cermat volume larutan yang mengandung zat yang konsentrasinya diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai dengan semacam perubahan fisis, misalnya warna campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat yang disebut indikator, yang mengubah warna pada titik akhir.  Indikator adalah zat warna yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang pH yang sempit (Oxtoby,2001).








BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan bahan
a)      NaOH
b)      HCl0,1 M
c)      H2C2O4
d)     Indikator penolphetalien
e)      Erlenmeyer
f)       Buret 50 Ml
g)      Statif dan klem
h)      Gelas ukur 25 Ml atau 10 Ml
i)        Corong kaca

3.2 Cara Kerja
Cuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisai dan bilas dengan 5 mL larutan NaOH Putar kran buret untuk mengeluarkan cairan yang tersisa dalam buret, selanjutnya isi buret dengan 5 mL NaOH untuk membasahi dinding buret . kemudian larutan dikeluarkan lagi dengan buret . larutan NaOH dimasukan lagi ke dalam buret sampai sekala tertentu .catat kedudukan volom awal NaOH dalam buret.
a)      Proses Standarisasi larutan NaOH 0,1 M :
Ada beberapa penentuan konsentrasi NaOH 0,1 M yaitu:
Ø  Cuci 3 erlenmeyer, pipet 10 mL larutan asam oksalat 0,1 M dan masukan ke dalam setiap erlenmeyer dan tambahkan ke dalam masing-masing erlenmeyer 3 tetes indikator penoiphtalein ( pp ).
Ø  Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah mudah yang tidak hilang apabila gelas erlenmeyer digoyang.
Ø  Catat volume NaOH terpakai.
Ø  Ualangi dengan cara yang sama untuk erlenmeyer ke II dan III
Ø  Hitung molaritas  ( M ) NaOH.

b)      Penentuan konsentrasi HCl
Ada beberapa penentuan konsentrasi HCl yaitu:
Ø  Cuci 3 erlenmeyer, pipet 10 mL larutan HCl 0,1 M dan masukkan ke dalam setiap erlenmeyer.
Ø  Tambahkan ke dalam masimg-masing erlenmeyer 3 tetes indikator penolphtalein (PP)
Ø  Alirkan larutan NaOH yang ada di dalam buret  sedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlenmeyer digoyang.
Ø  Catat volume NaOH terpakai.
Ø  Ulangi dengan cara yang sama untuk erlemeyer ke II dan ke III
Ø  Hitung molaritas (M) HCl

v Penentuan  konsentrasi HCI

Ø  Cucilah 3 erlemeyer, pipet 10 mL larutan HCI 0,1M dan masukkan ke dalam setiap erlemeyer.
Ø  Tambahkan kedalam masing-masing erlemeyer 3 tetes indikator penolphtalein (PP).
Ø  masukkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda  yang tidak hilang apabila gelas erlemeyar digoyang.
Ø    mencatat NaOH yang terpakai.
Ø  Ulangi lagi dengan cara yang sama untuk erlemeyer ke 2dan ke 3.
Ø  menghitung molaritas (M) HCI.









BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 hasil pengamatan
Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat
No
Prosedur

ulangan
Rata-rata
I
II
III
1.
Volume larutan asam oksalat 0,1 M
10 mL
10 mL
10 mL
10 mL
2.
Volume NaOH terpakai
11,5 mL
8 mL
11 mL
10,16 mL
3.
Molaritas (M) NaOH
0,09
0,13
0,09
0,1 M


Standarisasi HCl dengan larutan
No
Prosedur
Ulangan
Rata-rata
I
II
III
1.
Volume larutan HCl
10 Ml
10 mL
10 Ml
10 mL
2.
Volume NaOH terpakai
11,5 Ml
9,6 mL
10,6 Ml
10,56 mL
3.
Morlaritas ( M ) NaOH
Berdasarkan hasil percobaan di atas
M
4.
Morlaritas ( M ) Larutan HCl
0,09                  0,10              0,09
0,1 M


4.2  Pembahasan
Titrasi adalah cara analisis tentang pengukuran jumlah larutan yang di butuhkan untuk bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan lain.
Pada percobaan ini kami menentukan molaritas NaOH dengan menggunakan proses titrasi antara larutan HCl sebanyak 15 ml 0,1 M dengan larutan NaOH. 15 ml larutan HCl dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer lalu ditambahkan 3 tetes indikator PP, lalu ditetesi dengan larutan NaOH yang sudah disediakan dalam buret setetes demi setetes sampai ekuivalen atau habis bereaksi. Titik ekuivalen dapat diketahui dengan bantuan larutan PP ,kisaran warna yaitu tidak berwarna sampai merah ungu, yakni apabila tak berwarna berarti sifatnya asam dan jika berwarna merah ungu berarti basa. Jika larutan sudah ekuivalen maka, larutan akan mengalami perubahan warna paling awal, dan warnanya sangat muda dan cerah saat itulah titrasi dihentikan. Saat larutan menunjukkan perubahan warna paling awal itulah yang disebut titik akhir titrasi.
Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang telah diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga asam dan basa tepat habis bereaksi. Waktu penambahan hingga asam dan basa tepat habis disebut titik ekuivalen. Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa dapat ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses penetapan konsentrasi tersebut disebut titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
v  Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
      Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
      Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
      Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
            Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
            Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
            Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.

v  Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
                                         mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
Ø  Pembahasan tentang Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat
§  Ulangan I
Dik : V asam oksalat = 10 mL             V NaOH = 19 mL
         M asam oksalat = 0,1 M
Dit :  M NaOH = ...?
Jawab : V asam oksalat x M asam oksalat = V NaOH x M NaOH
             =  10 mL x 0,1 M = 19 mL x M NaOH
            =   1     =     19 x M NaOH
            M NaOH =  = 0,052 M

§  Ulangan II
Dik : V asam oksalat = 10 mL            V NaOH = 18 mL
         M asam oksalat = 0,1 M
Dit :  M NaOH = .... ?
Jawab :  V asam oksalat x M asam oksalat = V NaOH x M NaOH
            = 10 mL x  0,1 M        =  18 mL x M NaOH
                        = 1  = 18 x M NaOH
                        M NaOH =  = 0,055 M

§  Ulangan III
     Dik : V asam oksalat = 10 mL            V NaOH = 20 mL
              M asam oksalat = 0,1 M
     Dit : M NaOH = ....?
     Jawab : V asam oksalat x M asam oksalat = V NaOH x M NaOH
                  = 10 mL  x  0,1 M      =  20 mL  x M NaOH
                 = 1 = 20 mL x M NaOH
           M NaOH =  = 0,05 M
Rata-rata volume NaOH terpakai =  = 19 mL
Rata-rata molaritas NaOH =  = 0,052 M

Ø  Pembahasan tentang Standarisasi HCl dengan larutan HCl
§  Ulangan I
Dik : V HCl = 10 mL              V NaOH = 9 mL
                     M NaOH = 0,052 M      n NaOH =  1
Dit :  M HCl = ....?
Jawab : V NaOH x M NaOH x n NaOH = V HCl x M HCl x n HCl
            9 mL x 0,052 M x 1  =  10 mL x M HCl x 1
                        M HCl =  = 0,0468 M

§  Ulangan II
Dik :  V HCl = 10 mL             V NaOH = 9 mL
                      M NaOH = 0,052 M     n NaOH =  1,  n HCl = 1
Dit ;  M HCl=....?
Jawab :  V NaOH x M NaOH x n NaOH = V HCl x M HCl x n HCl
              9 mL x 0,052 M x 1  =  10 mL x M HCl x 1
              M HCl =  = 0,0468 M


§  Ulangan III
Dik : V HCl = 10 mL              V NaOH = 10 mL
         M NaOH = 0,052 M                      n NaOH =  1,  n HCl = 1
Dit :  M HCl = ....?
Jawab :  V NaOH x M NaOH x n NaOH = V HCl x M HCl x n HCl
            10 mL x 0,052 M x 1  =  10 mL x M HCl x 1
              M HCl =  = 0,052 M
Rata-rata volume NaOH terpakai =   = 9,3 mL
Molaritas HCl =  = 0,05 M



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.      Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator.
2.      Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti.
3. Indikator yang digunakan dalam percobaan titrasi menentukan warna yang akan dihasilkan
4. Dengan menggunakan indikator yang sesuai maka akan dapat terbaca sifat larutan tersebut.
5.      Jika asam ditetesi basa, maka PH larutan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi asam maka PH larutan akan turun.
6.      Ada 4 macam reaksi yang digunakan dalam titrasi yaitu reaksi asam-basa, reaksi redoks, reaksi pengendapan, dan reaksi pembentukan kompleks.

5.2 Saran
 Ada beberapa saran dalam melakukan praktikum yaitu :
Dalam melakukan praktikum, sebaiknya harus berhati-hati dalam menggunakan larutan-larutan yang ada di laboratorium dan dalam melakukan praktikum kali ini kita juga harus memperhatikan ketelitian dalam mengukur dan menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui.







DAFTAR PUSTAKA

Oxtoby. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Binarupa Aksara, Jakarta.
Petruccci, H. Ralph.1987. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Penuntun Praktikum Kimia.Fakultas Pertanian.2014.Bengkulu:UNIB
Achmadi, Suminar. 2004. Kimia Dasar. Erlangga, Jakarta.
http://titrasi-isro.blogspot.com/
http://catatankimia.com/catatan/titrasi-asam-basa.html















JAWAB PERTANYAAN
1.      Bagaimana caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen?
Jawab:
Dengan menggunakan indicator asam basa yaitu satu zat yang dapat berubah warna yang tergantung pada pH larutan indicator harus dipilih sehingga pH titik ekivalen titrasi terdapat pada daerah perubahan warna indicator. Cara penentuan nya adalah dengan menambahkan titer tetes demi tetes ke dalam Titrant sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikmetri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa.

2.      Jelaskan secara singkat fungsi indikator?
Jawab :
Untuk mengetahui titik ekivalen pada titrasi asam basa kita bisa menggunakan  indikator asam basa.
3.      Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika ditambah dengan indikator?
Jawab :
Tidak ,karena tanpa ditambahkan indicator suatu titrasi tidak akan timbul perubahan warna dan begitupun titik akhir titrasinya tidak akan tercapai.
4.      Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksi diatas.
Jawab:
2        NaOH + H2C2O2             Na2C2O4 + 2 H2O
HCl + NaOH             NaCl + H2O
5.      Jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutan standar sekunder?
Jawab :
Larutan standar primer:larutan yang telah diketahui konsentrasinya,dalam proses    Pembuatannya tidak perlu di standarisasi dengan larutan. Untuk memastikan konsentrasi larutan yang sebenarnya.Larutan standar sekunder:larutan yang dipergunakan untuk menstandarisasi atauMenentukan konsentrasi larutan lain tetapi larutan standar  Tersebut harus distandarisasi terlebih dahulu untuk menentuka  Konsentrasi yang sebenarnya.
6.      Tuliskan syarat-syarat suatu indikator dapt dipakai dalam suatu titrasi?
Jawab:
Syarat-syarat suatu indikator dapat dipakai dala suatu titrasi yaitu :
1.    Harus tersedia dengan mudah dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian yang di ketahui.
2.    Zat harus mudah dikeringkan dan tidak boleh terlalu higroskopik sehingga menyerap air selama penimbangan.
3.    Mempunyai bobot ekivalen yang tinggi agar kesalahan dalam penimbangan dapat diminimalkan
4.    Lebih baik zat yang berasal dari asam dan basa kuat yang disosiasinya tinggi
5.    Asam dan basa lemah dapat juga digunakan sebagai standar primer untuk menstandarisasi asam atau basa lemah yang lain.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar